Rabu, 26 Desember 2012

Nana Ku mana?

Nana sudah bersiap-siap dengan bedaknya dan seperangkat gaya minimalisnya malam itu, karena seorang pria akan menjemputnya untuk pergi kencan. Ini bukan pengalaman satu, dua atau tiga. Tapi ini untuk kesekian kalinya.
Bagi Nana hal seperti ini lazim sekali, prinsipnya proses memilih dari yang baik mencari yang terbaik. Selesai beredar didepan kaca, sebuah pesan masuk ke handphone kecilnya, menanyakan Nana sudah siapkah untuk pergi jalan malam itu. Pertanyaan singkat dari seorang pria yang masih misterius.
Dengan senyum simpul dibibirnya, merekah begitu indah bak bulan yang bersinar terang malam itu, dia melangkah dengan nafas yang berderu kencang, namun langkah kakinya bisa mengimbangi semuanya. Perlahan dia keluar dari kos kecilnya yang berada ditepi pantai. Matanya tertuju pada sesosok pria yang duduk diatas motor dengan sedikit merapikan rambutnya, dan mulai sibuk dengan handphone bernuansa putih ditangannya. Sosok yang punya pesona khas, karena dengan diam pun dia telah memecahkan kebekuan hati Nana yang hanya berumur 3 bulan yang lalu. Nana baru saja putus dari pacarnya 3 bulan yang lalu, dan akhirnya tergantikan dengan pria yang menunggunya dengan setia.
Hmm,,,, Pria ini sebenarnya siapa? Pria kurus dengan kulit putih , hidung mancung, dan tinggi yang tidak mengalahkan Nana. Untuk golongan pria dia termasuk pria pendek berwajah tampan. Pria ini bernama Alim.
“Sudah siap?” sebuah pertanyaan terucap dari bibir mungilnya
“Siap” Nana menjawab dengan raut mata yang bersemangat
    Nana tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya malam itu,  berada di belakang motor seseorang yang baru dikenalnya satu minggu yang lalu didalm minibus yang dia naiki untuk pulang kampung ke Bukittinggi. Semua berawal dari teman Nana dengan sebutan nama Ipit yang mengobrol dengan seorang pria didalam minibus itu. Nana sedikit heran, dengan sikap Ipit yang terlihat sangat akrab dengan seorang pria misterius. Nana mengamati percakapan mereka, ternyata mereka teman masa sekolah dulu.
Nana berusaha mengerti dengan Ipit, karena sibuk dengan Alim jadi Nana hanya diam sepanjang perjalanan. Tapi tiba-tiba, disela canda gurau mereka berdua, Alim menyela percakapan, dengan menyapa Nana dan mengajak berkenalan.
*continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar