dulu aku duduk di bangku ini
baju putih dan rok biru menjadi pilihanku
aku hanya sering termangu
dengan lontaran-lontaran sang guru yang oenuh ilmu
aku punya dunia ku sendiri
dengan khayalan-khayalan gila
sayup-sayup membelai angan-anganku
jauh dari tempatku mendidik diriku
lamunan yang aneh
dengan kondisi gubuk yang tak seindah di luar
hanya mencoba tak acuh
tapi bathin ku cukup menjerit
dengan tangan mungil yang tak punya daya
remeh sekali dengan jalan yang kuterima begitu saja
karena tempatku mengumpulkan kekuatan telah hancur di depan mata
mereka tak sadar aku lebih hancur melihatnya
aku lebih gila dari kewarasan ini
mencari sisa-sisa kekecewaan yang telah mutlak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar