Potongan kaca yang ku injak
menatap seperti mozaik sendi-sendi tubuh
darah menjadi kebal ditubuhku
melumatkan karatan-karatan hitam di dahi yang mulai dewasa
kaca itu berubah menjadi lautan pasir
menatap seperti mozaik sendi-sendi tubuh
darah menjadi kebal ditubuhku
melumatkan karatan-karatan hitam di dahi yang mulai dewasa
kaca itu berubah menjadi lautan pasir
Ketika pendaran cahaya itu memudar
aku diamanahkan mengikuti sebuah garis yang tak jauh beda dengan benang kusut
sama halnya dengan butiran debu yang tak tampak dengan mata telanjang
aku masih berjuang
aku diamanahkan mengikuti sebuah garis yang tak jauh beda dengan benang kusut
sama halnya dengan butiran debu yang tak tampak dengan mata telanjang
aku masih berjuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar